Senin, 10 September 2012

TOURING DIMPALA season 1

Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, danhutan Ericaceous.

Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.

Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.


Gunung Lawu sangat populer untuk kegiatan pendakian. Setiap malam 1 Sura banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak. Karena populernya, di puncak gunung bahkan dapat dijumpai pedagang makanan.

Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat (basecamp): Cemorokandang diTawangmangu, Jawa Tengah, serta Cemorosewu, di Sarangan, Jawa Timur. Gerbang masuk keduanya terpisah hanya 200 m.

Pendakian dari Cemorosewu melalui dua sumber mata air: Sendang (kolam) Panguripan terletak antara Cemorosewu dan Pos 1 dan Sendang Drajat di antara Pos 4 dan Pos 5.

Pendakian melalui Cemorokandang akan melewati 5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik.

Pendakian melalui cemorosewu akan melewati 5 pos. Jalur melalui Cemorosewu lebih nge-track. Akan tetapi jika kita lewat jalur ini kita akan sampai puncak lebih cepat daripada lewat jalur Cemorokandang. Pendakian melalui Cemorosewu jalannya cukup tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata.

Jalur dari pos 3 menuju pos 4 berupa tangga yang terbuat dari batu alam. Pos ke4 baru direnovasi,jadi untuk saat ini di pos4 tidak ada bangunan untuk berteduh. Biasanya kita tidak sadar telah sampai di pos 4.

Di dekat pos 4 ini kita bisa melihat telaga Sarangan dari kejahuan. Jalur dari pos 4 ke pos 5 sangat nyaman, tidak nge-track seperti jalur yang menuju pos 4. Di pos2 terdapat watu gedhe yang kami namai watu iris(karena seperti di iris).

Di dekat pintu masuk Cemorosewu terdapat suatu bangunan seperti masjid yang ternyata adalah makam.Untuk mendaki melalui Cemorosewu(bagi pemula) janganlah mendaki di siang hari karena medannya berat untuk pemula.
Di atas puncak Hargo Dumilah terdapat satu tugu.

Minggu, 09 September 2012

Mujahid MUDA kita..!!!!!


Hai mujahid muda
maju kehadapan
sibakkan penghalang
satukan tujuan
kibarkan panji Islam dalam satu barisan
Bersama berjuang kita junjung keadilan

Jangan bimbang ragu
Tetaplah melaju
Hapus bayang semu
Di lubuk hatimu
Bergerak kedepan bagai gelombang samudra
Lantakkan tirani runtuhkan angkara murka

Majulah wahai mujahid muda
Dalam satu cita tegak keadilan
Singkirkan batas satukan kata
Kebangkitan Islam telah datang

SAHABAT KU SMP DIMSA


    SEMUA TENTANG KITA

Suatu wktu saat k'bersamaan q dngn mu...
Riuh ny k'gembiraan
syahdu ny syair k'hdupan
Q lalui dngn gandengan tangan
Q hdapi dngn k'bersmaan
Suatu saat k'bersmaan q dngn mu....
Panas ny sang surya qt lahap b'dua
Dingin ny hjan jdi slimut k'terikatan qt
Jika ini akhr qt
p'cyalah tak ad tetes air mata
Jika m'ngenamu adlah sayatan luka
B'gtulah k'rinduan q t'buka m'nganga
Andai s'pasang tngan q b'ubah jdi syap
Q kan t'bang k nirwana
Kan q intip drimu dari balik jubah sang dewa
Q pasti kn kau dlam garis pnuh cinta...
Suatu waktu saat k'brsaan q dngnmu...
Hanya tinggal knangan... 

Sabtu, 08 September 2012

Camping With DIMSAPALA

Kita tidak dijamin untuk sukses atas setiap tindakan yang Kita lakukan. Tapi ingatlah bahwa setiap doa pasti didengar dan dijawab. Sukses tidak bisa dicari dalam keuniversalan, ia ada di dalam kekhasan. Definisikanlah sasaran dengan tepat, dan pecahlah ia menjadi serangkaian langkah dan tindakan. Lalu: ACTION!

“Konsepsi umum yang berlaku adalah ‘motivasi mengarah pada tindakan’, padahal yang benar adalah sebaliknya. Tindakanlah yang akan memicu motivasi.” Dan jika Kita muslim, setiap tindakan akan selalu berada di antara dua motivasi.


Henri L. Bergson, “Berpikir sebagai manusia yang bertindak, dan bertindak sebagai manusia yang berpikir.” Karena beratnya akibat tindakan Kita atas dunia dan isinya, Kita harus berpikir sebelum bertindak. Kita harus bertindak dengan penuh tanggung jawab.


“Saya ini cuma satu, dan tetaplah akan hanya satu.
Saya tidak bisa melakukan segala hal, tapi Saya tetap
 bisa melakukan berbagai hal; Dan karena Saya tidak
bisa melakukan segala hal, Saya tidak akan menolak
melakukan berbagai hal yang masih bisa Saya
lakukan.” (Helen Keller)


Mereka yang memilih bertindak, adalah mereka yang
memilih untuk hidup. Dan hidup itu sendiri, adalah ekspresi
dari berbagai tindakan. Kita selalu bisa memilih untuk
bertindak atau tidak bertindak. Kita juga bisa memilih untuk
benar atau salah. Kita juga bisa memilih untuk berbuat baik
atau hanya merasa baik

kemajuan Kita telah terhambat, bukan oleh apa yang
ingin Kita lakukan dan tidak bisa, tapi oleh apa yang
Kita inginkan dan tidak Kita lakukan?( Michael Landon)


“Seseorang semestinya mengatakan kepada Kita,
segera setelah Kita lahir, bahwa Kita baru saja
memulai perjalanan menuju kematian. Kemudian, Kita
jalani kehidupan sampai pada batasnya, setiap menit
setiap hari. Lakukan! Apa pun yang ingin Kamu
lakukan, lakukanlah sekarang! Apa yang disebut besok
 jumlahnya tidaklah terlalu banyak.”( Michael Landon)

Siung bersama kawan SMA

Sahabat ...
di saat kita nikmati kebersamaan banyak hal yang terlewat kan begitu saja
keceriaan, canda dan tawa semuanya mengalir begitu saja
waktu yang tersisah seolah tak mampu menampung nya dan waktu yang sangatlah singkat membuat ku teringat kepada mu sahabat ..

Semua kenangan - kenangan itu tak terasa ,pergi meninggalkan segala kegembiraan
serta canda dan tawa mu satu persatu hilang sekejap mata
ada beribu senyum saat terlintas memory yang dulu kala

Sahabat ...
semua yang pernah kita jalani hari demi hari , waktu demi waktu telah kita lalui semuanya.

Banyak hal yg pernah terjadi karena itulah jalan hidup yang kita miliki
kadang benci, kesal ,dan kecewa serta rasa senang dan sayang
sungguh luar biasa , apa yang telah kita lalui bersama ..

Ya Tuhan ...
jagalah dan lindungilah
sahabat-sahabat ku
karena mereka adalah sahabat terbaiku selamanya

# MY BEST FRIEND FOREVER

Jumat, 07 September 2012

Makna Kehidupan Manusia

Hakikat kehidupan adalah untuk meraih cintaNya
Paham sekulerisme adalah paham yang ditengarai diusung oleh kaum Zionis Yahudi. Paham yang awalnya dicitrakan sebagai pemisahan agama dari sistem pemerintahan atau negara seperti contoh kejatuhan kekhalifahan Turki Ustmani.
Diriwayatkan oleh Umamah al Bahiliy dari Rasulullah saw bersabda,”Ikatan-ikatan Islam akan lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh lepasnya ikatan berikutnya. Ikatan Islam yang pertama kali lepas adalah pemerintahan dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad)
Namun pada hakikatnya paham sekulerisme sebagaimana disampaikan oleh Ahmad Al Qashash dalam kitabnya Usus Al-Nahdha Al -Rasyidah adalah pemisahan agama dari kehidupan manusia atau pemisahan Tuhan dari kehidupan manusia.
Seluruh aktivitas manusia yakni sikap dan perbuatan manusia harus dikaitkan dengan Allah Azza wa Jalla atau harus merujuk kepada hukum Allah sebagaimana yang termuat dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Sangat keliru mereka yang mengatakan bahwa “baik itu relatif tergantung sudut pandang manusia atau kesepakatan antar manusia
Sikap dan perbuatan manusia yang buruk (sayyiah) adalah segala sikap dan perbuatan yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah.
Sikap dan perbuatan manusia yang baik (hasanah) adalah segala sikap dan perbuatan yang seusai atau tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah.
Begitupula dengan segala hal yang baru (bid’ah) atau segala perbuatan manusia yang tidak pernah dilakukan atau dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam harus merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
Landasan kita memutuskan akan melakukan perbuatan yang tidak pernah dilakukan atau dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah
Segala hal yang baru (bid’ah) yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah adalah bid’ah dholalah
Segala hal yang baru (bid’ah) yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah adalah bid’ah hasanah atau bid’ah mahmudah.
Landasan ini disampaikan oleh Imam Mazhab yang empat yang bertalaqqi (mengaji) dengan Salaf Sholeh, contohnya oleh Imam Syafi’i ~rahimahullah,
قاَلَ الشّاَفِعِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ -ماَ أَحْدَثَ وَخاَلَفَ كِتاَباً أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعاً أَوْ أَثَرًا فَهُوَ البِدْعَةُ الضاَلَةُ ، وَماَ أَحْدَثَ مِنَ الخَيْرِ وَلَمْ يُخاَلِفُ شَيْئاً مِنْ ذَلِكَ فَهُوَ البِدْعَةُ المَحْمُوْدَةُ -(حاشية إعانة 313 ص 1الطالبين -ج )
Artinya ;
Imam Syafi’i ra berkata –Segala hal yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah) dan menyalahi pedoman Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ (sepakat Ulama) dan Atsar (Pernyataan sahabat) adalah bid’ah yang sesat (bid’ah dholalah). Dan segala kebaikan yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah) dan tidak menyelahi pedoman tersebut maka ia adalah bid’ah yang terpuji  (bid’ah mahmudah atau bid’ah hasanah), bernilai pahala. (Hasyiah Ianathuth-Thalibin –Juz 1 hal. 313).
Keliru pula mereka yang mengatakan bahwa ada perbuatan manusia yang ibadah dan non ibadah.
Sebagai hamba Allah maka seluruh sikap dan perbuatan kita adalah untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla karena memang kita diciptakan untuk itu.
Firman Allah ta’ala yang artinya “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS Adz Dzaariyaat 51 : 56)
Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian menjemputmu” (QS al Hijr [15] : 99)
Ibadah terbagi dua yakni ibadah yang diwajibkanNya atau amal ketaatan dan ibadah yang tidak diwajibkanNya atau amal kebaikan
Dalam beberapa firman Allah ta’ala dapat kita temukan padanannya adalah orang beriman (mukmin) dan mengerjakan amal shaleh (amal kebaikan) seperti contohnya yang artinya
….Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab“. (QS Al Mu’min [40]:40)
Dikatakan orang beriman (mukmin) jika mengerjakan amal ketaatan
Firman Allah ta’ala yang artinya, “dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman (mukmin).” (QS Al Anfaal [8]:1 )
Amal ketaatan adalah ibadah yang telah diwajibkanNya, wajib dijalankan dan wajib dijauhi meliputi menjalankan kewajiban jika ditinggalkan berdosa, menjauhi larangan dan pengharaman jika dilanggar / dikerjakan berdosa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban (ditinggalkan berdosa), maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa larangan (dikerjakan berdosa)), maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu (dikerjakan berdosa), maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia.” (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi).
Fungsi amal ketaatan adalah mendekatkan dari Surga dan menjauhkan dari Neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Tidak tertinggal sedikitpun yang mendekatkan kamu dari surga dan menjauhkanmu dari neraka melainkan telah dijelaskan bagimu ” (HR Ath Thabraani dalam Al Mu’jamul Kabiir no. 1647)
mendekatkan dari surga” = perkara kewajiban (ditinggalkan berdosa)
menjauhkan dari neraka” = perkara larangan dan perkara pengharaman (dikerjakan berdosa)
Fungsi amal kebaikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala untuk meraih cintaNya atau ridhoNya
Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan (amal ketaatan), jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah (amal kebaikan), maka Aku mencintai dia.” (HR Bukhari 6021)
Kesimpulannya amal ketaatan suatu keharusan atau syarat sebagai hamba Allah  atau disebut perkara syariat untuk mendekatkan dari Surga dan menjauhkan dari Neraka sedangkan amal kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala untuk meraih cintaNya atau ridhoNya.
Muslim yang menjalankan amal ketaatan atau muslim yang beriman (mukmin) dan menjalankan amal kebaikan adalah disebut muhsin / muhsinin, muslim yang ihsan atau muslim yang baik atau sholihin.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Inilah ayat-ayat Al Qura’an yang mengandung hikmah, menjadi petunjuk dan rahmat bagi muhsinin (orang-orang yang berbuat kebaikan), (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS Lukman [31]:2-5)
Muslim yang meraih maqom disisiNya adalah orang-orang yang telah dikaruniai ni’mat oleh Allah dan mereka sebenar-benarnya berada di jalan yang liurus. Mereka minimal muslim yang sholeh, berkumpul dengan 4 golongan manusia yang meraih maqom disisiNya yakni para Nabi, Shiddiqin, Syuhada dan muslim yang sholeh.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
Tunjukilah kami jalan yang lurus ,  (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka….” (QS Al Fatihah [1]:6-7 )
Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69 )
Muslim yang terbaik untuk bukan Nabi dan meraih maqom disisiNya sehingga  menjadi kekasih Allah (wali Allah) dengan mencapai shiddiqin.  Bermacam-macam  tingkatan shiddiqin sebagaimana yang diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/14/2011/09/28/maqom-wali-allah/
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “sesungguhnya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah Subhanau wa ta’ala“.
Seorang dari shahabatnya berkata, siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah? Semoga kita dapat mencintai mereka.
Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab dengan sabdanya: “Mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya diantara hamba-hambaku itu ada manusia manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatkan maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.”
Seorang laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka, mudah-mudahan kami menyukainya“.
Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya, dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang disusahkan manusia” kemudian beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Yunus [10]:62 )
Wali Allah adalah mereka yang meminta pasti Allah Azza wa Jalla akan mengabulkannya.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah ta’ala berfirman, “jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan sakitnya.” (HR Bukhari 6021)
Contoh Wali Allah di kalangan Tabi’in adalah Uwais ra
Suatu hari Umar r.a. kedatangan rombongan dari Yaman, lalu ia bertanya :
Adakah di antara kalian yang datang dari suku Qarn?”.
Lalu seorang maju ke dapan menghadap Umar. Orang tersebut saling bertatap pandang sejenak dengan Umar. Umar pun memperhatikannya dengan penuh selidik.
Siapa namamu?” tanya Umar.
Aku Uwais”, jawabnya datar.
Apakah engkau hanya mempunyai seorang Ibu yang masih hidup?, tanya Umar lagi.
Benar, Amirul Mu’minin”, jawab Uwais tegas.
Umar masih penasaran lalu bertanya kembali “Apakah engkau mempunyai bercak putih sebesar uang dirham?” (maksudnya penyakit kulit berwarna putih seperti panu tapi tidak hilang).
Benar, Amirul Mu’minin, dulu aku terkena penyakit kulit “belang”, lalu aku berdo’a kepada Allah agar disembuhkan. Alhamdulillah, Allah memberiku kesembuhan kecuali sebesar uang dirham di dekat pusarku yang masih tersisa, itu untuk mengingatkanku kepada Tuhanku”.
Mintakan aku ampunan kepada Allah”.
Uwais terperanjat mendengar permintaan Umar tersebut, sambil berkata dengan penuh keheranan. “Wahai Amirul Mu’minin, engkau justru yang lebih behak memintakan kami ampunan kepada Allah, bukankah engkau sahabat Nabi?
Lalu Umar berkata “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata “Sesungguhnya sebaik-baik Tabiin adalah seorang bernama Uwais, mempunyai seorang ibu yang selalu dipatuhinya, pernah sakit belang dan disembuhkan Allah kecuali sebesar uang dinar di dekat pusarnya, apabila ia bersumpah pasti dikabulkan Allah. Bila kalian menemuinya mintalah kepadanya agar ia memintakan ampunan kepada Allah
Uwais lalu mendoa’kan Umar agar diberi ampunan Allah. Lalu Uwais pun menghilang dalam kerumunan rombongan dari Yaman yang akan melanjutkan perjalanan ke Kufah. (HR Ahmad)
Wali Allah adalah mereka yang bermakrifat atau mereka yang menyaksikan Allah dengan hati  (ain bashiroh) sehingga shiddiqin, membenarkan bahwa tiada selain Allah.  Selain Allah ta’ala adalah tiada, fana, adam atau dikatakan oleh Buya Hamka , ulama pakar syariat yang pada akhirnya menjalankan tasawuf dengan ungkapan bahwa dirinya bukanlah Hamka, tetapi “hampa” sebagaimana yang dapat diketahui dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/08/28/hampa/
Begitupula dalam pencairan Bung Karno bagaimana mati dengan keadaan tersenyum, mati dalam keadaan menyaksikan hanyalah Allah ta’ala sebagaimana yang dapat diketahui dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/09/sukarno-dan-mati-senyum/
Jika belum dapat bermakrifat atau menyaksikan Allah ta’ala dengan hati (ain bashiroh) maka setiap akan bersikap atau berbuat , ingatlah selalu sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yakni , “jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu” (HR Muslim)
Muslim yang meyakini diawasi/dilihat oleh Allah -Maha Agung sifatNya atau muslim yang ihsan atau muslim yang dapat melihat Rabb dengan hati (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifat maka ia mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya, mencegah dirinya dari perbuatan maksiat, mencegah dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. Sehingga terwujud dalam berakhlakul karimah. Inilah tujuan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah Subhanahu wa ta’ala
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).
Hakikat beragama atau hakikat kehidupan adalah untuk meraih cintaNya. Jalannya adalah berupaya mencintai Allah dan RasulNya dengan menjadi muslim yang berakhlakul karimah, muslim yang ihsan, muslim yang bermakrifat yakni muslim yang menyaksikan Allah dengan hati  (ain bashiroh)


Pemuda Muhammadiyah Sragen -HIKING

Indahnya Kebersamaan: Karena Kita SemuBersaudara

Allah menciptakan seluruh yang ada di alam ini, di jagad raya ini dengan penuh keseimbangan. Semuanya diciptakan berpasang-pasangan, dan tentunya juga berbeda-beda. Ada siang dan malam, panas dan hujan, laki-laki dan perempuan, dan sebagainya.
Begitupun dengan kehidupan ini. Ada yang lebih, ada juga yang kurang, ada yang kuat, ada juga yang lemah. Semua itu adalah sunatullah. Sudah menjadi ketetapan Allah. Tak bisa kita bayangkan bila semuanya diciptakan sama. Tentunya kehidupan dunia ini tidak akan berimbang. Misalnya, Allah ciptakan semuanya dalam keadaan lebih, lalu kita mau zakat, infaq, shodako itu untuk siapa? Itulah sebabnya Alla menciptakan kehidupan ini dalam keadaan yang berbeda.
Hanya tinggal bagaimana kita menyikapi dan menjalaninya saja. Kalau kita menyadari bahwa kehidupan ini bisa berjalan dengan baik, karena adanya perbedaan itu, tentu saja perbedaan-perbedaan yang telah Allah ciptakan itu tidak menjadikan kita sebagai jurang pemisah. Justru sebaliknya, perbedaan itu juga menjadi kebutuhan hidup kita.
Yang merasa dirinya lebih, tentu saja membutuhkan yang kurang untuk bisa sekedar berbagi. Untuk bisa mengamalkan akan makna bersyukur atas kelebihan yang dimilikinya itu. Bila sudah merasa mampu, tentu ungkapan rasa syukur sudah tidak hanya sebatas pada kata-kata saja. Tapi  sudah saatnya diwujudkan dengan amal perbuatan.
Kita semua adalah bersaudara. Oleh karena itu, layaknya seorang saudara, kita juga harus mau merangkul mereka. Bukan hanya kepada yang sama atau lebih dengan kita, tapi juga kepada mereka yang kurang. Meskipun tidak bisa sepenuhnya, tapi setidaknya bisa sedikit mengisi kekurangan mereka.
Mata hati kita harus benar-benar terbuka untuk bisa lebih peka lagi terhadap lingkungan. Karena tak bisa dipungkiri lagi,  terkadang kita bangga dengan kelebihan yang dimiliki, namun tanpa disadari ada tetangga kita yang sedang kelaparan dan luput dari pandangan kita.
Kita perlu juga turun ke lapangan secara langsung untuk melihat keadaan masyarakat yang sebenarnya. Banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan melakukan hal semacam itu. Silaturahmi dengan para tetangga, silaturahmi dengan warga di tetangga desa, berjalan ke luar dan melihat keadaan sekitar untuk bisa membuka mata hati kita ini. Saat kita melihat ternyata di luar sana ada yang lebih kurang dari kita, baru kita sadar, betapa kita harus bisa lebih bersyukur lagi atas apa yang telah kita miliki.
Dan sekali lagi, kita semua adalah saudara. Kita semua sama di hadapan Tuhan, hanya keimanan dan ketakwaan yang membedakan. Kelebihan dan kekurangan sesungguhnya adalah titipan dari Allah. Layaknya sebuah titipan, harus kita jaga dan pergunakan dengan sebaik-baiknya agar titipan itu bisa menjadi berkah ketika nanti diambil dan diminta pertanggung jawabannya. Yang merasa lebih, bagaimana menggunakan kelebihannya itu agar bisa menjadi berkah, dan bagi yang merasa kurang juga seperti itu, bagaimana menggunakan kekurangannya itu agar tidak menjadi lebih jauh dari Tuhannya.
Kelebihan dan kekurangan adalah ujian untuk kita semua. Terkadang Allah memberikan suatu nikmat melalui suatu masalah, namun terkadang juga Allah memberikan suatu masalah melalui suatu kenikmatan. Jadi, tiada yang perlu untuk dibangga-banggakan. Yang perlu dibanggakan adalah bila kita hidup bersama dalam masyarakat, berdampingan, saling merangkul, mengingatkan dan menguatkan, karena kita merasa bahwa semuanya adalah saudara.
Rasulullah SAW bersabda,
“Seorang muslim bersaudara kepada sesama orang muslim, tidak boleh menganiayanya dan tidak boleh dibiarkan dianiaya oleh orang lain. Dan siapa menyampaikan hajat saudaranya, niscaya Allah menyampaikan hajatnya. Dan siapa membebaskan kesukaran seorang muslim di dunia, niscaya Allah membebaskan kesukarannya di hari kiamat. Dan siapa yang menutup aurat kejelekan seorang muslim niscaya Allah akan menutupi kejelekannya di hari kiamat.” (HR. Bukhari Muslim).